23 Juli 2009

SUPERSIJA (Wacana Merger)

Jakarta geger. Propinsi dengan APBD terbesar di Indonesia ternyata tidak bisa menjadi lahan subur bagi klub-klub yang berkompetisi di Liga Super Indonesia. Persija dan Persitara tiba-tiba diberitakan akan merger menjadi satu klub saja yang membawa nama Jakarta. Gw sendiri ga tau wacana itu timbul darimana. Yang gw tau pasti, Pemda DKI masih mengesahkan penggunaan dana hibah dari APBD untuk kedua tim ibukota di tahun anggaran 2009.

Wacana mulai timbul ketika Persitara menghadapi kendala untuk mengikuti Liga Super musim depan. Seperti kita ketahui, Walikota Jakarta Utara yang baru terpilih menolak untuk menjabat sebagai Ketua Umum Persitara. Sementara pejabat lama Bapak Efendi Anas yang juga mantan Walikota Jakarta Utara merasa sudah tidak sanggup lagi membantu Persitara untuk mendapatkan dana tambahan agar bisa mengarungi Liga Super. Nah, setelah keluarnya pernyataan dari 2 tokoh di Jakarta Utara inilah, tiba-tiba muncul di media wacana merger 2 kesebelasan Jakarta.

Bapak Muhayat mencoba mengumpulkan beberapa petinggi seperti Bapak Saefullah Kepala Dinas OR DKI, Bp Harianto Bajoeri Ketua Pengelola Persija, Bp Effendi Anas Ketua Umum Persitara, Bp Toni Tobias Ketua Harian Pengcab Jakarta Pusat, Bp Hardi dari Pengda PSSI DKI, dan Bp Kusnan Ismukanto sebagai perwakilan dari KONI DKI. Entah karena terpengaruh oleh pemberitaan di media atau karena punya pemikiran yang sama, wacana merger juga menjadi topik pembicaraan dalam forum ini. Pa Toni Tobias menentang dengan tegas wacana ini. Menurut beliau ini cuma bisa dilakukan dengan seizin 30-an klub amatir di Jakarta Pusat dan Jakarta Utara. Sebagian lagi juga mempertanyakan aturan main di BLI tentang merger. Tidak ada keputusan yang pasti dari hasil pertemuan ini. Yang ada Pa Kusnan minta ke gw nomor telpon Pa Andi Darussalam selaku Ketua BLI.

Sekali lagi gw heran, kenapa forum membicarakan wacana merger tanpa mengundang PT Persija dan PT Batavia selaku pemegang lisensi atau hak klub Persija dan Persitara bermain di Liga Super. Seperti yang gw utarakan di tulisan pertama SUPERSIJA, harusnya kedua PT inilah yang berhak menentukan nasib kedua tim. Soal ijin dari klub amatir jelas tidak perlu, karena kan mereka sudah terpisah dan berada di bawah BLA. Mengenai suara mereka sebagai pendiri Persija, sebetulnya mereka ga perlu khawatir. Toh mereka termasuk dalam pemegang saham PT Persija, jadi para direksi PT Persija tentunya akan mengadakan konsolidasi ke dalam lebih dahulu sebelum memutuskan hal-hal yang sifatnya sangat krusial ini. Yang jadi pertanyaan gw, Pa Muhayat mimpin rapat kemarin sebagai seorang Sekda yang ditunjuk tuk mewakili Gubernur atau sebagai Ketua Pengcab Jakarta Pusat?

Polemik jadi bertambah besar. NJ Mania dengan tegas menolak wacana merger. Penolakan mereka diwujudkan dengan demo besar-besaran di Kantor Walikota Jakarta Utara. Mereka juga aktif melakukan pertemuan-pertemuan antar Korwil tuk membicarakan langkah-langkah apa yg harus mereka tempuh. Sayang dari the Jakmania hingga sekarang belum ada pernyataan sikap secara resmi mengenai hal ini. Meski gaung penolakan di kalangan anggota juga cukup kencang baik di forum Jakmania maupun di website Jakonline, namun tetap belum ada pernyataan resmi dari para pengurus the Jakmania. Padahal harusnya mereka sadar, bahwa peleburan kedua tim ini tentunya disertai munculnya sebuah nama baru Tim Jakarta. Kalau sampai peleburan terjadi dan muncul sebuah klub baru di Jakarta, berarti Persija Jakarta otomatis bubar. Sesuai AD/ART the Jakmania, bubarnya Persija berarti bubar pula organisasi the Jakmania. Memang wacana ini masih terlalu mentah. BLI sendiri secara tegas mengatakan merger Persija dan Persitara adalah hal yang tidak mungkin. Merger hanya bisa dilakukan oleh 2 tim yang berbeda divisi. Tapi tidak ada salahnya kalau the Jakmania menunjukkan eksistensi dan perhatiannya terhadap tim yang dicintai.

PT Persija juga menolak mentah-mentah hal ini. Mereka malah menjabarkan kinerja mereka yang telah berhasil mendapatkan investor kelas kakap. Mereka punya cita-cita yang luhur, bagaimana Persija menjadi sebuah klub yang mandiri dan tidak bergantung pada dana hibah dari APBD. Tapi mereka sendiri juga belum bisa menjelaskan siapa atau apa investor itu, dan sejauh mana negosiasi yang telah mereka lakukan. Gw jadi inget ketika ada sebuah perusahaan jaringan komunikasi yang berani menjadi sponsor Persija dengan dana 6 milyar. Belakangan ternyata dibalik semua ini mereka berharap mendapatkan kemudahan dari Pemda DKI agar bisa mendirikan 200 menara pemancar di seluruh Jakarta. Di jaman sekarang, dimana pemberantasan KKN sangat gencar dilakukan, tentunya hal itu tidak mungkin dilakukan. Namun para Direksi PT Persija sepertinya yakin pada Sang Investor.

Yg gw khawatir, denger PT Persija sudah mendapat investor, Pemda DKI mengalihkan dananya untuk Persitara aje. Tau-tau investor baru tersebut ga jadi masuk … nah lo .. mo jadi ape Persija? Mendingan selama belum ada kepastian, lebih baik tetep aje kita menggunakan dana dari Pemda. Toh bila investor tersebut jadi masuk, dana APBD bisa kita gunakan tuk bangun stadion atau pembinaan tim muda Persija. Tapi itu kan mau gw, sekarang terserah bapak-bapak di atas. Cuma jangan kelamaan. LEBIH CEPAT LEBIH BAIK.

Catatan dikutip dari : T.Ferry Indrasjarief (Bung Ferry)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar