Pertama-tama saya akan memaparkan
alasan mengapa saya menulis artikel ini karena semata-mata saya merindukan
aksinya di lapangan hijau. Ya saya akan menuliskan artikel seorang legenda era millennium
Indonesia, topskorer tim nasional Negara yang berpenduduk lebih dari 200 juta
orang ini, sosok yang bersahaja dan patut dicontoh yaitu Bambang Pamungkas.
Ia memulai karir professional
sepakbolanya di Persija Jakarta, kala itu manajer Persija bapak Aang Hamid
Suganda kepincut performanya kala di Diklat Salatiga dan sedikit melakukan
perjudian lalu memutuskan untuk merekrutnya di musim Liga Indonesia 1999 yang
juga memaksa Rochy Putiray harus hengkang dari Persija kala itu. Ya, remaja asal
Getas 19 tahun yang berkelana di Ibukota berhasil menjawab kepercayaan dengan
menjadi topskor dengan 24 gol. Pencapaian yang fantastis bagi pemain yang
berkarir di musim pertama sebagai pemain pro. Di musim keduanya lebih bermakna,
berhasil bawa Macan Kemayoran menjadi juara LI edisi ke 7. Meskipun ia tak
menjadi topskor lagi, ia malah menjadi pemain terbaik Liga Indonesia. Secara tidak
langsung, dialah yang membuat satu bintang diatas logo Persija saat ini. Ya, 2
golnya ke gawang Hendro Kartiko di final melawan PSM Makasar 7 Oktober 2001
membawa Persija menekuk PSM Makassar 3-2 yang kala itu diperkuat pemain
idolanya sendiri yaitu Kurniawan DY. Bepe sapaan akrabnya juga pernah menjajal
Liga Belanda bersama EHC Norad meski hanya 4 bulan, karena suhu yang tak bisa
diterima badannya dan ketidak cocokan makanan ia memutuskan kembali ke Persija.
Sempat juga hijrah ke tim negeri jiran, Selangor FA selama 2
musim. Ia bagai seorang pahlawan dari negera musuh yang menolong di Selangor
sana, pujaan dari publik Selangor khususnya karena bisa membawa Selangor treble winner di musim 2005. Selain itu
karir individunya menjadi topskorer di Malaysia Premier League dan FA Cup
Malaysia. Musim 2007 ia kembali berseragam oranye Persija Jakarta.
Sekembalinya ia ke Persija, ia sudah
dirindukan seluruh The Jakmania. Ya 2 musim Persija ditinggal sang ikon, dan
mungkin Ismed Sofyan juga kehilangan separuh jiwanya yang berada di Bambang
Pamungkas. Selayaknya Tsubasa-Misaki di Nankatsu FC, Persija memiliki Bambang
Pamungkas-Ismed Sofyan meski keduanya tidak berposisi sama. Namun chemistry keduanya sangatlah kuat. Template
dari keduanya, jika Ismed memberikan umpan silang pastinya Bambang menyambutnya
dengan sundulan maut. Mereka sudah lama di satu tim bersama, baik di Persija
juga di Indonesia. Bambang Pamungkas juga telah membuat lebih dari 150 gol
selama ia berkarir di Liga Indonesia. Klimaksnya, musim ini Persija ditinggal
oleh sang legenda hidup Macan Kemayoran tuk ketiga kalinya karena masalah
pembayaran gaji pemain yang belum lunas. Kami rindu sosok kepemimpinanmu di
Persija yang kini sedang terpuruk, capt! Semoga kau kembali ke Persija Jakarta
entah itu kapan.
Hingga saat ini saya masih
berfikir sosok Bambang Pamungkas adalah sosok fenomenal pesepakbola lokal di era
millennium ini. Lebih fenomenal ketimbang Irfan Bachdim yang blasteran Belanda
itu dan sempat cedera selangkangan setelah menikah. Ya jelas, Bambang debut di
timnas senior ia langsung mencetak gol penyeimbang melawan Lithuania. Di umur
yang masih 19 tahun kala itu, entah mimpi apa anak Getas itu semalam sebelum
pertandingan sehingga bisa debut di tim senior lalu bisa mencetak gol ke gawang
salah satu member UEFA itu. Dan sepengetahuan saya, baru Bambang Pamungkas yang
telah bobol gawang hamper semua Negara Asean. Sepengetahuan saya hanya gawang
Brunei dan Laos yang luput dari terjangan gol-nya.
Fakta terdapat kala AFF 2012 lalu
ketika Indonesia melawan Laos. Ada yang tahu apa? Ketika pertandingan
berlangsung Bambang Pamungkas berada di lapangan publik Malaysia menonton
dengan khidmatnya meski ada sedikit hujatan terdengar, namun setelah Bepe
ditarik oleh Nil Maizar sorakan dari Ultras Malaya sangatlah kencang dan
semakin bertubi-tubi. Ya, Bambang Pamungkas masih sosok yang dihargai di
Malaysia sana. Saya curiga mungkin dirijen Ultras Malaya adalah seorang pendukung
Selangor FA, mungkin.
Dan fakta lainnya saat pembagian nomor sebelum
Indonesia vs Arab Saudi. SVD sempat ditawarkan memakai nomor 20 namun ia enggan
menggunakannya karena ia merasa tak pantas menggunakan nomor yang identik
dengan Bambang Pamungkas itu. Greg Nwokolo juga menolaknya karena ia
beranggapan hanya Bepe lah yang pantas menggunakan nomor 20 di timnas.
Jujur saya sedikit kesal dengan
permainan timnas saat melawan Saudi Arabia lalu. Saat itu comeback saya ke
tribun untuk dukung Indonesia kembali. Saya melihat Van Dijk masih belum padu
dengan Boaz. Saya berfikir baru Bepe lah yang bisa melayani atau dilayani Boaz.
Apakah anda ingat gol Boaz kala Indonesia dikalahkan Uruguay? Ya umpan
berbahaya Bepe ke sudut lapangan kosong yang hanya diisi Boaz yang akhirnya
membuat Boaz mencetak gol ke gawang Uruguay yang membuat Diego Lugano
geleng-geleng sembari tersenyum sedikit. Entah apa arti yang disampaikan Lugano
itu.
Dunia twitter pun memiliki fakta
unik tentang Bambang Pamungkas. Di akun miliknya, (at)bepe20 ia memiliki
followers yang kira-kira berada di angka 3 juta followers. Wow followers (at)bepe20
lebih banyak hampir 3x lebih banyak dibanding akun (at)Persie_Official. Dan tak
mau kalah, akun Bambang Pamungkas adalah akun pesepakbola Indonesia
satu-satunya yang di follow oleh akun resmi FIFA alias (at)FIFAcom. Apakah
salah satu admin (at)FIFAcom adalah orang Indonesia?
Namun miris ketika melihat sang pencetak caps
terbanyak di timnas Negara kita yang kita cintai ini disoraki dengan sorakan “booo…!”.
Apakah anda ingat kala Indonesia Primavera All Star menjamu para pensiunan AC
Milan yang sudah uzur? Ya sorakan itu terdengar di stadion berkapasitas 88,083
penonton kala Bepe menguasai bola. Entah apa alasan tepatnya, namun mereka
harus diajarkan cara menghargai sosok legenda Negara yang tertera pada KTP
mereka. Mungkin tepatnya begitu. Namun Bepe menjawab semua cacian itu dengan 2
gol, ya 1 gol melalui sepakan dan 1 gol lagi berasal dari sundulan yang membuat
kiper AC Milan Glorie hanya bisa melongok dan menyadari bahwa gawangnya dibobol
oleh pemain yang posturnya lebih mini dari bek Milan Glorie yang sudah menjaganya
dengan ketat. He answer the boo-ing with
the goal!
Dan hingga kini, belum ada
sosok pengganti Bambang Pamungkas di timnas Indonesia dan Persija. Sosok kepemimpinannya
yang berwibawa, ketenangannya memimpin tim di lapangan, keteladanannya di luar
dan di dalam lapangan. We miss you, capt!
You are the living legend, no doubt!