24 Juli 2009

SUPERSIJA (Bersatulah)

Pertemuan antara Bapak Muhayat selaku orang yg dipercaya Bang Foke tuk mengurus Tim Persija dengan PT Persija dan Pengelola Persija Bapak Harianto Bajoeri yang sedianya diadakan hari Selasa kemarin diundur jadi Kamis besok. Ketika Kamis gw hadir, ternyata diundur lagi menjadi Jum’at siang ini. Lagi-lagi semua insan Persija harus menunggu dengan sabar. Suporter, Pemain, Pengurus, Karyawan .. semua harus menanti lagi keputusan siapa yang akan mengelola Persija di musim depan.

Dari semua masalah yang sudah gw ceritain di tulisan sebelumnya, sebetulnya solusinya mudah. Pertama harus ditanyakan ke diri mereka masing2 apakah mereka mencintai Persija dengan segenap hati? Apakah mereka mengutamakan yang terbaik untuk Persija? Kalo semua pihak berangkat dari kecintaan pada klub yg sama, maka bersama-sama pula bisa mencari solusi terbaik buat Persija.

Menurut gw sepakbola di Indonesia saat ini belum bisa menjadi sebuah industri. Mana ada klub yang mengaku untung. Semua berpangkal pada PSSI/BLI sendiri yang tidak mampu menggelar sebuah kompetisi yang bersih dan teratur. Membuat peraturan itu memang mudah, tapi menegakkan aturan itu yang sulit. Dituntut KOMITMEN dari masing2 pelaku sepakbola. Mulai dari sarana, jadwal, wasit, agen pemain, komdis, komding dan juga para petingginya sendiri. Gw sengaja tidak bicara suporter, karena menurut gw suporter hanya penonton. Penonton tentunya akan bersikap baik bila apa yang disajikan di lapangan berjalan dengan normal. Selama ini sebetulnya penontonlah yang menjadi korban aksi penipuan para pelaku sepakbola Indonesia.

Setiap pihak yang ingin mensponsori klub sepakbola tentunya ingin produknya lebih dikenal orang yang ujung2nya produk mereka akan laku, atau paling tidak akan menaikkan gengsi/pamor merek dagang mereka. Tapi melihat kondisi sepakbola nasional yg semrawut, mereka malah khawatir imej merek dagang mereka justru turun. Lihat bagaimana Jarum dan Dji Sam Soe berpikir ulang untuk mensponsori Liga Indonesia. Nah, jadi bila ada sponsor lain yang tetap ingin terlibat, tentunya ada sasaran lain yang ingin dicapai.

PT Persija sudah menyatakan ada investor yang akan mendanai Persija hingga 30 milyar! Jumlah yang wah untuk ukuran sepakbola Indonesia. Tapi ketika diminta kepastiannya, mereka mengatakan kalau mereka berharap bisa mempertemukan lebih dahulu antara Sang Investor dengan Gubernur. Menurut mereka hal ini sudah sempat dilakukan melalui perantara Ketua DPRD DKI Bapak Ade Supriatna. Melihat hal ini gw pikir investor tersebut sepertinya menginginkan suatu bantuan dari pihak Pemda DKI. Bisa aja itu sebuah kemudahan2 agar bisnisnya bisa lebih lancar. Ini berarti tetap saja ketergantungan terhadap Pemda tidak bisa dihilangkan meski bentuknya berbeda. Tapi apapun bentuknya, kita semua tetep pantas untuk mengacungi jempol pada PT Persija.

Yang harus kita ingat, segala perubahan itu tidak bisa dilakukan dengan mendadak. Kita harus punya pondasi yang kuat dulu. Kita juga harus berpikir jauh ke depan. Apakah investor itu akan terus mendanai Persija hingga musim-musim sesudahnya? Bagaimana dengan Pemda yang sudah sekian lama membesarkan Persija hingga Persija menjelma menjadi klub yang didukung oleh banyak suporter?

Sejak tahun 2004, Persija mulai menggunakan dana APBD. Ini dimulai di jaman Bapak Manila menjadi Manajer. Sebelumnya, termasuk ketika kita menjadi juara, Persija tidak menggunakan dana APBD. Tapi Manajer di masa itu selalu diduduki oleh orang-orang yang punya kedekatan dengan Pemda atau malah dari pihak Pemda DKI sendiri, seperti Mba Diza Rasyid Ali, Bapak Aang Hamid Suganda, dan Manajer saat Persija juara Bapak Ahmadin Ahmad yang saat itu masih menjabat sebagai Kepala Dinas Tata Kota. Selain mereka memang Persija sempat dipegang oleh golongan profesional seperti Irawan Ajidarmo (klub Perbanas Jakarta) dan Roni Pangemanan (wartawan). Tapi justru ketika dipegang oleh kedua orang itu, Persija mengalami kemunduran.

Oleh karena itulah menurut gw, selama kita masih mempunyai ketergantungan dengan pihak Pemda DKI, apapun bentuknya, wajar kalau pengelolaan tim dipegang oleh orang-orang Pemda atau yang punya kedekatan dengan Pemda. Paling tidak kita akan mendapatkan bantuan dari penggunaan fasilitas seperti Stadion Lebak Bulus untuk latihan, Graha Wisata Ragunan untuk Mes Persija, sarana transportasi darat, Fitness dan Sauna untuk perawatan kondisi pemain. Sekali lagi ini menurut pendapat gw dalam kondisi sepakbola Indonesia belum menjadi sebuah industri.

Tapi disisi lain, Pemda juga harus memikirkan pembinaan sepakbola Jakarta. Mulai dari pengadaan sarana lapangan bola yang masih sangat minim, hingga kompetisi amatir yang sangat kurang, tidak kompetitif, dan jauh dari kata semarak. Bila kita punya kompetisi lokal yang tertata dengan baik, tentunya kita juga bisa menghasilkan pemain-pemain berkualitas hasil binaan sendiri. Ini juga bisa mengurangi beban pendanaan untuk Tim Persija Liga Super, karena selain kita bisa menggunakan pemain Jakarta dengan harga yang lebih ekonomis, beberapa pemain lain tentunya juga bisa dijual ke klub lain dan hasil penjualannya tentunya untuk klub-klub amatir yang bersangkutan. Nah kalau begini seluruh klub amatir di Jakarta tentu akan lebih bersemangat untuk membina dan mencetak pemain-pemain baru, karena selain kompetisi yang meriah, dana juga bisa didapat dari hasil penjualan pemain.

Untuk itu kerjasama Pemda, Dinas Olahraga, KONI, PT Persija, Pengda PSSI, hingga Pengcab harus solid dan sejalan. Semua berangkat dari kecintaan kepada klub PERSIJA. Semakin bergairah sepakbola Jakarta, semakin tinggi minat warga Jakarta tuk datang menyaksikan Persija bertanding. Semakin banyak yang nonton berarti semakin besar pemasukan PT Persija dari tiket pertandingan. Semakin banyak yang nonton semakin banyak pula sponsor yang datang untuk membantu pembiayaan pertandingan. Semakin tinggi dana yang masuk, ujung-ujungnya Persija bisa mandiri dan tidak lagi menggunakan dana hibah dari APBD untuk mengikuti Liga Super Indonesia.

Ah apakah mimpi gw dan gw yakin ini juga menjadi mimpi seluruh orang oren, bisa menjadi kenyataan? Bisa! Asal semua pihak berangkat dari kecintaan terhadap klub kesayangan PERSIJA. Semua pihak harus mempunyai komitmen yang sama …… DEMI PERSIJA APAPUN KULAKUKAN.

Catatan dikutip dari : T.Ferry Indrasjarief (Bung Ferry)

23 Juli 2009

SUPERSIJA (konflik, lamban, tidak mandiri)

Badan Liga Indonesia mencoba berbenah diri. Penataan kompetisi yang selama ini menjadi langganan kritik dari masyarakat dikemas sedemikian rupa dengan harapan dapat tercipta sebuah kompetisi yang bisa memberikan sesuatu yang positif bagi perkembangan sepakbola nasional. Liga Super Indonesia. Sesuai label super yang ditambahkan di tengahnya, maka kompetisi kali ini diawali dengan persyaratan ketat bagi seluruh tim yang berhak dan akan mengikutinya. Salah satu persyaratan itu adalah seluruh tim yang mengikuti kompetisi tertinggi di tanah air ini haruslah sebuah klub utuh yang mempunyai badan usaha sendiri berbentuk PT. Persija dulunya adalah sebuah tim perserikatan, gabungan dari beberapa klub amatir. Otomatis para pemainnya juga diambil dari klub-klub tersebut. Kalo ga salah ada 18 klub amatir Persija yg berkompetisi di Divisi Utama Persija. Ke 18 klub itu juga membentuk sebuah kepengurusan tersendiri yang dikepalai oleh seorang Ketua Umum. Ketua Umum Persija teakhir adalah Bapak Toni Tobias dari klub PSAL Jakarta Putra. Ke 18 klub tersebut rutin melakukan kompetisi di antara mereka. Dulu kompetisi mereka dijalankan di Stadion Menteng, namun pasca penggusuran stadion bersejarah tersebut, kompetisi terpaksa dijalankan di Lapangan Banteng. Di jaman perserikatan, materi pemain Persija diambil dari ke 18 klub amatir tersebut dipantau dari kompetisi intern mereka. Sejalan dengan aturan baru dari BLI, maka Persija berubah menjadi nama sebuah klub profesional yang utuh dan mandiri dengan dikelola oleh suatu badan usaha yang bernama PT Persija. Jadi Persija bukan lagi sebuah Persatuan Sepakbola Jakarta tapi menjadi nama sebuah klub. Untuk menghormati ke 18 klub amatir yang menjadi pendiri Persija, mereka semua dimasukkan sebagai pemegang saham di PT Persija. Ini berarti setiap keuntungan PT Persija akan dibagi dengan mereka sesuai dengan jumlah yang sudah disepakati bersama. Kepengurusan di PT Persija juga terdiri dari orang2 yang sebelumnya menjadi pengurus di salah satu dari ke 18 klub amatir tersebut. Dengan berdirinya PT, sebetulnya dapat dikatakan kepengurusan Persija model perserikatan dulu, secara otomatis sudah tidak berlaku lagi. Jadi Bapak Toni Tobias menjadi figur terakhir yang menjabat sebagai Ketua Umum Persija, karena setelah adanya Liga Super Indonesia otomatis jabatan ini juga sudah tidak ada. Selain Liga Super Indonesia, BLI juga mengatur kompetisi untuk level Divisi Utama. Kedua level kompetisi ini menjadi strata tertinggi di Indonesia dan dilabeli profesional. Jadi semua klub yang berada di 2 divisi ini harus mengontrak pemain secara profesional dengan sistem kontraknya juga sudah diatur oleh BLI. Untuk level kompetisi dibawahnya seperti Divisi 1, Divisi 2 dst, itu diatur oleh sebuah badan yang bernama Badan Liga Amatir disingkat BLA. Nah, BLA ini selain mengatur kompetisi amatir skala nasional, mereka juga membawahi segala jenis kompetisi yang berskala regional. Oleh karena itu dalam struktur BLA, dibawahnya ada yang namanya Pengda PSSI (setingkat Provinsi) dan Pengcab (setingkat kabupaten/ kotamadya). Di Jakarta, Pengda PSSI DKI membawahi 5 Pengcab dari masing-masing kotamadya di Jakarta. Dalam Pengcab Jakarta Pusat, di dalamnya terdapat ke 18 klub amatir Persija dan mereka rutin berkompetisi di Lapangan Banteng. Saat ini Pengda PSSI DKI dipegang oleh Bapak Ferry Paulus pemilik klub Villa 2000, sedangkan Pengcab Jakarta Pusat dipegang oleh Bapak Muhayat yang kesehariannya menjabat sebagai Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi DKI Jakarta. Karena kesibukannya, Bapak Muhayat menunjuk Bapak Toni Tobias sebagai Ketua Harian Pengcab Jakarta Pusat. Persija, seperti juga kebanyakan tim di Liga Super Indonesia, menjalani kompetisi dengan bantuan dana dari Pemda DKI Jaya. Boleh dibilang seluruh pembiayaan Tim Persija Liga Super didanai oleh dana hibah dari APBD. Karena menggunakan dana hibah dari APBD, Pemda DKI Jakarta menunjuk Kepala Dinas Tramtib DKI Bapak Harianto Bajoeri sebagai Ketua Pengelola. Beliau mendapat mandat langsung dari Gubernur DKI Bapak Fauzi Bowo. Bapak Harianto kemudian menunjuk seluruh staff dan karyawan Persija untuk mengelola tim ini. Sedikitnya ada 15 staff dan karyawan Persija di musim kompetisi 2008-2009. PT Persija di musim kemarin berperan sebagai pengelola seluruh pertandingan Persija baik di Jakarta maupun saat terusir ke Malang. Seluruh pengeluaran dan pemasukan dari pertandingan Persija, menjadi tanggung jawab PT Persija. Musim kemarin PT Persija selain mendanai pertandingan, juga mendanai tim muda Persija U-21. PT Persija sendiri juga mempunyai beberapa karyawan untuk melaksanakan seluruh aktivitasnya. Dari sinilah kemudian terkesan ada dualisme dalam tubuh Persija. Di satu sisi PT Persija sebagai pemegang lisensi Persija, namun disisi lain Pemda DKI sebagai penyandang dana Tim Persija jadi wajar kalo manajemen tim juga dipegang oleh orang Pemda. Polemik semakin berkembang tatkala PT Persija mengklaim telah mendapatkan investor baru yang berani menanam sahamnya sebesar 30 milyar rupiah. Sebuah jumlah yang luar biasa apalagi di jaman krisis ekonomi saat ini dan kondisi persepakbolaan di Indonesia yang belum bisa menjadi sebuah industri. Namun ketika dikonfirmasi kepastiannya, PT Persija melalui Bapak Soni Sumarsono dan Bambang Cipto tidak atau belum bisa menjamin 100% kalau sang investor sudah pasti ada. Sayangnya, meski tidak secara tegas, mereka tidak mendukung pengelolaan Tim Persija musim depan dipegang oleh pihak Pemda DKI. Bahkan diam-diam mereka telah menyusun sebuah rancangan Tim Persija antara lain dengan menunjuk seorang pelatih dari Portugal. Beberapa pemain lokal juga pernah dihubungi untuk persiapan ke depan. Padahal Pemda DKI telah mensahkan penggunaan dana hibah dari APBD untuk membiayai Tim Persija musim depan. Bapak Harianto sebagai Pengelola juga telah melakukan negosiasi terhadap Greg Nwokolo dan akhirnya tercapai kesepakatan bahwa pemain yang satu ini tetap memperkuat Persija di musim depan. Dalam kondisi seperti inilah kemudian gw mencoba memberanikan diri untuk bicara langsung dengan Bapak Muhayat. Gw menemui beliau di Lapangan Banteng Jumat kemarin saat peresmian Pameran Flora & Fauna. Dalam waktu yang singkat, gw coba menjelaskan masalah Tim Persija. Gw juga menceritakan bagaimana semua pemain bergantian menelpon gw tuk menanyakan kepastian nasib mereka apakah masih dipertahankan atau tidak. Dengan kondisi ini, gw berharap beliau cepat memutuskan dan membuat sebuah kebijakan tentang siapakah yang akan mengelola Persija di musim depan. Alhamdulilah beliau juga tanggap dan mengerti kondisi yang ada, dan memutuskan akan mengundang Bapak Harianto Bajoeri dan PT Persija Selasa depan di kantornya untuk memastikan kepengelolaan Persija di musim depan. Nah, sekarang gw berharap setiap yang baca tulisan ini bisa mengerti dan tidak terus-terusan bertanya ke gw mengenai perkembangan Persija. Jujur, setiap gw buka facebook, bosan rasanya mendapat pertanyaan yang sama… siapa pemain persija yang bertahan?, siapa pelatihnya?, bung masih jadi asmen ga?, siapa pemain yang baru? Fyuuh … cape deh. Apalagi masih ditambah dengan HP tiap hari bunyi dan muncul pertanyaan dari pemain… Bung saya masih di Persija ga? Bung kapan kita dikumpulin? Bung kapan ketemuan dengan manajemen? Bung bagaimana nasib kita musim depan? Kepanikan suporter menjadi-jadi setelah membaca berita di media kalau BP mau ke Selangor, Ismed ditawar Sriwijaya, Abanda dilirik Persib, Greg 90% ke Sriwijaya, Ponaryo ke Sriwijaya, Ilham ke Makasar dan masih banyak lagi. Gw cuma heran… kenapa panik sih? Wajar kalo banyak klub yang incar mereka. Dan ga masalah kalo mereka teken kontrak dengan klub lain. Ini profesional bung, jadi hak mereka, daripada nunggu Persija ga jelas sementara klub lain sudah memberikan tawaran menggiurkan. Gw sih tetep optimis. Karena Persija jauh lebih besar dari nama-nama tersebut di atas. Dan Persija masih punya satu lagi kekuatan super dahsyat yang tak akan pindah ke manapun ….. THE JAKMANIA.

Catatan dikutip dari : T.Ferry Indrasjarief (Bung Ferry)

SUPERSIJA (Wacana Merger)

Jakarta geger. Propinsi dengan APBD terbesar di Indonesia ternyata tidak bisa menjadi lahan subur bagi klub-klub yang berkompetisi di Liga Super Indonesia. Persija dan Persitara tiba-tiba diberitakan akan merger menjadi satu klub saja yang membawa nama Jakarta. Gw sendiri ga tau wacana itu timbul darimana. Yang gw tau pasti, Pemda DKI masih mengesahkan penggunaan dana hibah dari APBD untuk kedua tim ibukota di tahun anggaran 2009.

Wacana mulai timbul ketika Persitara menghadapi kendala untuk mengikuti Liga Super musim depan. Seperti kita ketahui, Walikota Jakarta Utara yang baru terpilih menolak untuk menjabat sebagai Ketua Umum Persitara. Sementara pejabat lama Bapak Efendi Anas yang juga mantan Walikota Jakarta Utara merasa sudah tidak sanggup lagi membantu Persitara untuk mendapatkan dana tambahan agar bisa mengarungi Liga Super. Nah, setelah keluarnya pernyataan dari 2 tokoh di Jakarta Utara inilah, tiba-tiba muncul di media wacana merger 2 kesebelasan Jakarta.

Bapak Muhayat mencoba mengumpulkan beberapa petinggi seperti Bapak Saefullah Kepala Dinas OR DKI, Bp Harianto Bajoeri Ketua Pengelola Persija, Bp Effendi Anas Ketua Umum Persitara, Bp Toni Tobias Ketua Harian Pengcab Jakarta Pusat, Bp Hardi dari Pengda PSSI DKI, dan Bp Kusnan Ismukanto sebagai perwakilan dari KONI DKI. Entah karena terpengaruh oleh pemberitaan di media atau karena punya pemikiran yang sama, wacana merger juga menjadi topik pembicaraan dalam forum ini. Pa Toni Tobias menentang dengan tegas wacana ini. Menurut beliau ini cuma bisa dilakukan dengan seizin 30-an klub amatir di Jakarta Pusat dan Jakarta Utara. Sebagian lagi juga mempertanyakan aturan main di BLI tentang merger. Tidak ada keputusan yang pasti dari hasil pertemuan ini. Yang ada Pa Kusnan minta ke gw nomor telpon Pa Andi Darussalam selaku Ketua BLI.

Sekali lagi gw heran, kenapa forum membicarakan wacana merger tanpa mengundang PT Persija dan PT Batavia selaku pemegang lisensi atau hak klub Persija dan Persitara bermain di Liga Super. Seperti yang gw utarakan di tulisan pertama SUPERSIJA, harusnya kedua PT inilah yang berhak menentukan nasib kedua tim. Soal ijin dari klub amatir jelas tidak perlu, karena kan mereka sudah terpisah dan berada di bawah BLA. Mengenai suara mereka sebagai pendiri Persija, sebetulnya mereka ga perlu khawatir. Toh mereka termasuk dalam pemegang saham PT Persija, jadi para direksi PT Persija tentunya akan mengadakan konsolidasi ke dalam lebih dahulu sebelum memutuskan hal-hal yang sifatnya sangat krusial ini. Yang jadi pertanyaan gw, Pa Muhayat mimpin rapat kemarin sebagai seorang Sekda yang ditunjuk tuk mewakili Gubernur atau sebagai Ketua Pengcab Jakarta Pusat?

Polemik jadi bertambah besar. NJ Mania dengan tegas menolak wacana merger. Penolakan mereka diwujudkan dengan demo besar-besaran di Kantor Walikota Jakarta Utara. Mereka juga aktif melakukan pertemuan-pertemuan antar Korwil tuk membicarakan langkah-langkah apa yg harus mereka tempuh. Sayang dari the Jakmania hingga sekarang belum ada pernyataan sikap secara resmi mengenai hal ini. Meski gaung penolakan di kalangan anggota juga cukup kencang baik di forum Jakmania maupun di website Jakonline, namun tetap belum ada pernyataan resmi dari para pengurus the Jakmania. Padahal harusnya mereka sadar, bahwa peleburan kedua tim ini tentunya disertai munculnya sebuah nama baru Tim Jakarta. Kalau sampai peleburan terjadi dan muncul sebuah klub baru di Jakarta, berarti Persija Jakarta otomatis bubar. Sesuai AD/ART the Jakmania, bubarnya Persija berarti bubar pula organisasi the Jakmania. Memang wacana ini masih terlalu mentah. BLI sendiri secara tegas mengatakan merger Persija dan Persitara adalah hal yang tidak mungkin. Merger hanya bisa dilakukan oleh 2 tim yang berbeda divisi. Tapi tidak ada salahnya kalau the Jakmania menunjukkan eksistensi dan perhatiannya terhadap tim yang dicintai.

PT Persija juga menolak mentah-mentah hal ini. Mereka malah menjabarkan kinerja mereka yang telah berhasil mendapatkan investor kelas kakap. Mereka punya cita-cita yang luhur, bagaimana Persija menjadi sebuah klub yang mandiri dan tidak bergantung pada dana hibah dari APBD. Tapi mereka sendiri juga belum bisa menjelaskan siapa atau apa investor itu, dan sejauh mana negosiasi yang telah mereka lakukan. Gw jadi inget ketika ada sebuah perusahaan jaringan komunikasi yang berani menjadi sponsor Persija dengan dana 6 milyar. Belakangan ternyata dibalik semua ini mereka berharap mendapatkan kemudahan dari Pemda DKI agar bisa mendirikan 200 menara pemancar di seluruh Jakarta. Di jaman sekarang, dimana pemberantasan KKN sangat gencar dilakukan, tentunya hal itu tidak mungkin dilakukan. Namun para Direksi PT Persija sepertinya yakin pada Sang Investor.

Yg gw khawatir, denger PT Persija sudah mendapat investor, Pemda DKI mengalihkan dananya untuk Persitara aje. Tau-tau investor baru tersebut ga jadi masuk … nah lo .. mo jadi ape Persija? Mendingan selama belum ada kepastian, lebih baik tetep aje kita menggunakan dana dari Pemda. Toh bila investor tersebut jadi masuk, dana APBD bisa kita gunakan tuk bangun stadion atau pembinaan tim muda Persija. Tapi itu kan mau gw, sekarang terserah bapak-bapak di atas. Cuma jangan kelamaan. LEBIH CEPAT LEBIH BAIK.

Catatan dikutip dari : T.Ferry Indrasjarief (Bung Ferry)

Loyalitas GREG kepada PERSIJA

Meski baru satu musim bersama Persija, Greg Nwokolo telah menunjukan kebolehannya dalam mengolah si kulit bundar bersama pemain yang lain. Namun sayang, tim kebanggaan kita tidak meraih satu pialapun (ISL atau Copa) di musim 2008/2009.

Memasuki musim kompetisi ISL 2009/2010, pemain yang satu ini rupanya laris manis dilirik tim perserta ISL lainnya berkat aksinya. Menurut pengamatan tim redaksi JO, beberapa tim ISL tertarik dengan aksi maut pemain yang memiliki dua kewarganegaraan ini, bahkan menurut kabar yang beredar diberbagai media, Greg telah "dipinang" oleh Sriwijaya FC, bahkan tim yang baru saja merebut gelar Copa Indonesia untuk kedua kalinya itu sudah menyiapkan dana yang cukup besar untuk membawa Greg ke Kota Palembang.

Namun hal tersebut tidak terbukti, info yang didapat crew JO dari Asisten Manajer Bung Ferry, Greg masih tetap memilih Persija sebagai klubnya untuk mengarungi musim 2009/2010. Saat ini negosiasi dengan pemain yang sering meliuk dari sisi kiri ini, sudah mencapai 90%, semoga yang 10% bukan halangan bagi Greg untuk tetap bermain di tim Macan Kemayoran.
saat ini, Greg merasa nyaman berada di tim Persija baik dengan rekan setim, manajemen maupun dengan supporter Persija.

Dikutip dari : JAK ONLINE