Badan Liga Indonesia mencoba berbenah diri. Penataan kompetisi yang selama ini menjadi langganan kritik dari masyarakat dikemas sedemikian rupa dengan harapan dapat tercipta sebuah kompetisi yang bisa memberikan sesuatu yang positif bagi perkembangan sepakbola nasional. Liga Super Indonesia. Sesuai label super yang ditambahkan di tengahnya, maka kompetisi kali ini diawali dengan persyaratan ketat bagi seluruh tim yang berhak dan akan mengikutinya. Salah satu persyaratan itu adalah seluruh tim yang mengikuti kompetisi tertinggi di tanah air ini haruslah sebuah klub utuh yang mempunyai badan usaha sendiri berbentuk PT. Persija dulunya adalah sebuah tim perserikatan, gabungan dari beberapa klub amatir. Otomatis para pemainnya juga diambil dari klub-klub tersebut. Kalo ga salah ada 18 klub amatir Persija yg berkompetisi di Divisi Utama Persija. Ke 18 klub itu juga membentuk sebuah kepengurusan tersendiri yang dikepalai oleh seorang Ketua Umum. Ketua Umum Persija teakhir adalah Bapak Toni Tobias dari klub PSAL Jakarta Putra. Ke 18 klub tersebut rutin melakukan kompetisi di antara mereka. Dulu kompetisi mereka dijalankan di Stadion Menteng, namun pasca penggusuran stadion bersejarah tersebut, kompetisi terpaksa dijalankan di Lapangan Banteng. Di jaman perserikatan, materi pemain Persija diambil dari ke 18 klub amatir tersebut dipantau dari kompetisi intern mereka. Sejalan dengan aturan baru dari BLI, maka Persija berubah menjadi nama sebuah klub profesional yang utuh dan mandiri dengan dikelola oleh suatu badan usaha yang bernama PT Persija. Jadi Persija bukan lagi sebuah Persatuan Sepakbola Jakarta tapi menjadi nama sebuah klub. Untuk menghormati ke 18 klub amatir yang menjadi pendiri Persija, mereka semua dimasukkan sebagai pemegang saham di PT Persija. Ini berarti setiap keuntungan PT Persija akan dibagi dengan mereka sesuai dengan jumlah yang sudah disepakati bersama. Kepengurusan di PT Persija juga terdiri dari orang2 yang sebelumnya menjadi pengurus di salah satu dari ke 18 klub amatir tersebut. Dengan berdirinya PT, sebetulnya dapat dikatakan kepengurusan Persija model perserikatan dulu, secara otomatis sudah tidak berlaku lagi. Jadi Bapak Toni Tobias menjadi figur terakhir yang menjabat sebagai Ketua Umum Persija, karena setelah adanya Liga Super Indonesia otomatis jabatan ini juga sudah tidak ada. Selain Liga Super Indonesia, BLI juga mengatur kompetisi untuk level Divisi Utama. Kedua level kompetisi ini menjadi strata tertinggi di Indonesia dan dilabeli profesional. Jadi semua klub yang berada di 2 divisi ini harus mengontrak pemain secara profesional dengan sistem kontraknya juga sudah diatur oleh BLI. Untuk level kompetisi dibawahnya seperti Divisi 1, Divisi 2 dst, itu diatur oleh sebuah badan yang bernama Badan Liga Amatir disingkat BLA. Nah, BLA ini selain mengatur kompetisi amatir skala nasional, mereka juga membawahi segala jenis kompetisi yang berskala regional. Oleh karena itu dalam struktur BLA, dibawahnya ada yang namanya Pengda PSSI (setingkat Provinsi) dan Pengcab (setingkat kabupaten/ kotamadya). Di Jakarta, Pengda PSSI DKI membawahi 5 Pengcab dari masing-masing kotamadya di Jakarta. Dalam Pengcab Jakarta Pusat, di dalamnya terdapat ke 18 klub amatir Persija dan mereka rutin berkompetisi di Lapangan Banteng. Saat ini Pengda PSSI DKI dipegang oleh Bapak Ferry Paulus pemilik klub Villa 2000, sedangkan Pengcab Jakarta Pusat dipegang oleh Bapak Muhayat yang kesehariannya menjabat sebagai Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi DKI Jakarta. Karena kesibukannya, Bapak Muhayat menunjuk Bapak Toni Tobias sebagai Ketua Harian Pengcab Jakarta Pusat. Persija, seperti juga kebanyakan tim di Liga Super Indonesia, menjalani kompetisi dengan bantuan dana dari Pemda DKI Jaya. Boleh dibilang seluruh pembiayaan Tim Persija Liga Super didanai oleh dana hibah dari APBD. Karena menggunakan dana hibah dari APBD, Pemda DKI Jakarta menunjuk Kepala Dinas Tramtib DKI Bapak Harianto Bajoeri sebagai Ketua Pengelola. Beliau mendapat mandat langsung dari Gubernur DKI Bapak Fauzi Bowo. Bapak Harianto kemudian menunjuk seluruh staff dan karyawan Persija untuk mengelola tim ini. Sedikitnya ada 15 staff dan karyawan Persija di musim kompetisi 2008-2009. PT Persija di musim kemarin berperan sebagai pengelola seluruh pertandingan Persija baik di Jakarta maupun saat terusir ke Malang. Seluruh pengeluaran dan pemasukan dari pertandingan Persija, menjadi tanggung jawab PT Persija. Musim kemarin PT Persija selain mendanai pertandingan, juga mendanai tim muda Persija U-21. PT Persija sendiri juga mempunyai beberapa karyawan untuk melaksanakan seluruh aktivitasnya. Dari sinilah kemudian terkesan ada dualisme dalam tubuh Persija. Di satu sisi PT Persija sebagai pemegang lisensi Persija, namun disisi lain Pemda DKI sebagai penyandang dana Tim Persija jadi wajar kalo manajemen tim juga dipegang oleh orang Pemda. Polemik semakin berkembang tatkala PT Persija mengklaim telah mendapatkan investor baru yang berani menanam sahamnya sebesar 30 milyar rupiah. Sebuah jumlah yang luar biasa apalagi di jaman krisis ekonomi saat ini dan kondisi persepakbolaan di Indonesia yang belum bisa menjadi sebuah industri. Namun ketika dikonfirmasi kepastiannya, PT Persija melalui Bapak Soni Sumarsono dan Bambang Cipto tidak atau belum bisa menjamin 100% kalau sang investor sudah pasti ada. Sayangnya, meski tidak secara tegas, mereka tidak mendukung pengelolaan Tim Persija musim depan dipegang oleh pihak Pemda DKI. Bahkan diam-diam mereka telah menyusun sebuah rancangan Tim Persija antara lain dengan menunjuk seorang pelatih dari Portugal. Beberapa pemain lokal juga pernah dihubungi untuk persiapan ke depan. Padahal Pemda DKI telah mensahkan penggunaan dana hibah dari APBD untuk membiayai Tim Persija musim depan. Bapak Harianto sebagai Pengelola juga telah melakukan negosiasi terhadap Greg Nwokolo dan akhirnya tercapai kesepakatan bahwa pemain yang satu ini tetap memperkuat Persija di musim depan. Dalam kondisi seperti inilah kemudian gw mencoba memberanikan diri untuk bicara langsung dengan Bapak Muhayat. Gw menemui beliau di Lapangan Banteng Jumat kemarin saat peresmian Pameran Flora & Fauna. Dalam waktu yang singkat, gw coba menjelaskan masalah Tim Persija. Gw juga menceritakan bagaimana semua pemain bergantian menelpon gw tuk menanyakan kepastian nasib mereka apakah masih dipertahankan atau tidak. Dengan kondisi ini, gw berharap beliau cepat memutuskan dan membuat sebuah kebijakan tentang siapakah yang akan mengelola Persija di musim depan. Alhamdulilah beliau juga tanggap dan mengerti kondisi yang ada, dan memutuskan akan mengundang Bapak Harianto Bajoeri dan PT Persija Selasa depan di kantornya untuk memastikan kepengelolaan Persija di musim depan. Nah, sekarang gw berharap setiap yang baca tulisan ini bisa mengerti dan tidak terus-terusan bertanya ke gw mengenai perkembangan Persija. Jujur, setiap gw buka facebook, bosan rasanya mendapat pertanyaan yang sama… siapa pemain persija yang bertahan?, siapa pelatihnya?, bung masih jadi asmen ga?, siapa pemain yang baru? Fyuuh … cape deh. Apalagi masih ditambah dengan HP tiap hari bunyi dan muncul pertanyaan dari pemain… Bung saya masih di Persija ga? Bung kapan kita dikumpulin? Bung kapan ketemuan dengan manajemen? Bung bagaimana nasib kita musim depan? Kepanikan suporter menjadi-jadi setelah membaca berita di media kalau BP mau ke Selangor, Ismed ditawar Sriwijaya, Abanda dilirik Persib, Greg 90% ke Sriwijaya, Ponaryo ke Sriwijaya, Ilham ke Makasar dan masih banyak lagi. Gw cuma heran… kenapa panik sih? Wajar kalo banyak klub yang incar mereka. Dan ga masalah kalo mereka teken kontrak dengan klub lain. Ini profesional bung, jadi hak mereka, daripada nunggu Persija ga jelas sementara klub lain sudah memberikan tawaran menggiurkan. Gw sih tetep optimis. Karena Persija jauh lebih besar dari nama-nama tersebut di atas. Dan Persija masih punya satu lagi kekuatan super dahsyat yang tak akan pindah ke manapun ….. THE JAKMANIA.
Catatan dikutip dari : T.Ferry Indrasjarief (Bung Ferry)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar